Apakah Termasuk Dosa Bila Merasa Menyesal Diciptakan Sebagai Manusia?


Pertanyaan:
Kiai, saya kalau melihat hewan selalu berkata dalam hati, “Seandainya saya diciptakan seperti makhluk ini, mungkin saya tidak banyak dosa dan masuk Surga”. Apakah yang saya katakana itu termasuk orang yang putus asa atau orang yang tidak mau bersyukur? Dan apa termasuk murtad dalam perkataan?

Jawaban:
Orang yang mengatakan apa-apa dalam hatinya sebagaimana dalam pertanyaan  tersebut, bisa dikatakan sebagai berikut:

1). Bisa dianggap tidak sabar, sebab yang dinamakan sabar menurut Dzun-Nun al-Mishri, sebagaimana dikutip dalam kitab Is’ádur-Rafiq (II/14) adalah:
Sabar adalah menjauhkan diri dari pelanggaran dan tenang ketika dirundung cobaan.
Juga dijelaskan bahwa hakikat sabar adalah:
Teguhnya pendorong agama ketika berhadapan dengan pendorong hawa nafsu.

2). Bisa dianggap tidak bersyukur atas pemberian dari Allah SWT, sebab syukur adalah:
Berpekertinya seorang hamba dengan mematuhi janji dan berkhidmah.
Ada yang mengatakan:
Orang yang bersyukur adalah orang yang mensyukuri apa adanya.

3). Bisa dianggap putus asa bila punya anggapan bahwa dirinya yang banyak dosa tidak mungkin masuk Surga. Dan bila orang tersebut merasa tidak rida kepada kehendak Allah SWT pada dirinya, maka bisa dianggap tidak rida kepada Qadha’ dan Qadar Allah, maka orang tersebut telah melakukan dosa besar bahkan bisa jadi kafir. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis:
Barang siapa yang tidak rela dengan takdir-Ku maka carilah Tuhan selain Aku.

Sedangkan yang dikatakan oleh sebagian ulama seperti perkataan “Andaikan aku menjadi batu bata ini”, dan lain-lain, bukan termasuk dari tiga bagian di atas. Mereka mengatakan seperti itu dalam rangka merendahkan diri di hadapan Allah SWT karena merasakan keteledoran dan kekurangannya dalam mengabdi kepada Allah SWT.

Source:


- Artikel ini dikutib dari buku “Bunga Rampai Dialog Iman-Ihsan” yang di terbitkan oleh Pustaka Pondok Pesantren SIDOGIRI, Pasuruan, Jawa Timur.

- Pertanyaan diatas ditanyakan oleh saudara Anonymous dan dijawab langsung oleh KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.

- Sumber gambar: islamidia.com

Related Posts

Subscribe Our Newsletter